Sejarah Avara

Avara, mungkin kalian belum pernah dengar merek ini. Avara adalah salah satu merek IEM dan CIEM asal Indonesia yang baru saja berdiri di tahun 2017 ini.

Demonya sendiri baru bisa di dengarkan saat ajang PAFI 2017. Dimana saat itu ada 3 versi Avara yang bisa kita dengarkan AV1, AV2, dan AV3.

Avara bisa dipesan dalam bentuk Custom IEM dan Universal IEM. Dengan warna dan faceplate yang bisa kita pilih sesuka kita.

Yang saya ketahui dari Alvon yaitu orang dibelakang produk Avara ini, bahwa Avara adalah CIEM/ IEM handmade yang masih diproduksi secara rumahan, bahkan masih sangat jauh dari kata otomatis, misalnya Clock Faceplate yang benar-benar dari jam bekas dibongkar untuk diambil gear dan sparepartsnya. Sedangkan motif permata atau mother of pearls itu benar-benar ditempel satu per satu,

Menurut pribadi saya dengan harga yang ditawarkan, versi Custom IEM Avara ini sangat terjangkau terutama bagi penggemar audio yang menginginkan Custom IEM. Sampai saat ini Avara masih dijual khusus untuk konsumen Indonesia. Jadi kita harus bangga akan hal ini.

Walaupun dibuat di Indonesia, tetapi Avara masih memakai bahan2 dari luar, misalnya Resin, kabel sampai Drivernya pun dari luar negeri. Yang menurut saya wajar-wajar saja mengingat negara kita belum ada perusahaan yang bisa membuat driver IEM sendiri.

Tentang Saya

Saya mengenal musik sejak kecil, dari dengerin musik pakai radio, Sony Walkman, dll

Untuk DAP dan DAC AMP saya memakai LG V20 dan IFI Micro IDSD, dengan source dari Apple music, beberapa lagu dgn format Flac dan DSD.

Saya memang pencinta lagu-lagu mainstream, anime song, sebut saja dari jpop, indopop, kpop, mandopop dll.

Perlu diketahui bahwa saya jika mendengarkan musik, perlu volume lebih keras dari rata-rata orang. Mungkin juga karena sudah berumur atau mungkin kebanyakan dugem di kala muda, haha2.

Intro Pembelian Avara

Awal mula saya berkenalan dengan produk ini pada saat PAFI 2017 dimana saat itu ada 3 jenis demo avara yang saya dengarkan AV1, AV2, AV3. Yang mana jujur saja saat itu saya belum menemukan suara yang spesial. Yang paling saya sukai adalah prototipe dari AV1 dimana suaranya paling sesuai dengan preferensi saya.

Setelah itu saya putuskan menunggu pembelian Avara sampai produknya mempunyai waktu untuk lebih matang dan bisa lebih diterima oleh kebanyakan orang,

Setelah lewat beberapa bulan keluarlah produk terbaru avara yaitu Avara 4 yang saya singkat menjadi AV4 dalam review ini, dimana suaranya mengingatkan saya terhadap salah satu mantan IEM saya yaitu TG334.

Walaupun ada kemiripan tetapi memang hanya mirip di tonal suara nya. Bass nya masih kurang menurut saya, dan beberapa aspek teknis seperti separasi dan soundstage masih lebih bagus di TG334.

Atas dasar tersebut kemudian saya memesan AV4 itu. Tentunya dengan universal, mengapa universal ? . Dikarenakan preferensi saya memang lebih memilih universal dengan alasan kemudahan copot & pemasangan.

Saat pemesanan saya diminta untuk memilih faceplate di web mereka. Webnya cukup informatif, walaupun ada beberapa hal yang bisa ditingkatkan. Misalnya saat di menu IEM Builder, saat saya memilih produk AV1 s/d AV4 , gambar iem nya tidak berubah, masih menunjukkan AV1.

Saya memilih faceplate dan warna yang simple yaitu merah dengan logo Avara. Simple memang tapi saya memang suka yang sederhana.

Kurang lebih 3 hari setelah saya memilih face plate tersebut saya dikabarkan bahwa IEM saya sudah tersedia dan bisa diambil. Akhirnya saya ambil langsung ke kota lahirnya Avara yaitu Surabaya.

Pada saat awal saya menerima saya merasa AV4 ini agak distorsi suaranya di volume maximal. Memang pada LGV20, untuk mendengarkan musik dengan volume standart menggunakan AV4, saya butuh volume maximal. jika di volume rendah saya tdk mendengar ada nya distorsi. Akhirnya saya kembalikan lagi ke Avara nya untuk diperiksa.

Setelah beberapa hari, saya mendapatkan kabar baik dari Avara, bahwa IEM saya sudah selesai, dan diganti baru seluruhnya menggunakan driver baru. Yang infonya sudah menggunakan driver versi baru yang bebas distorsi. Untuk versi baru ini setelah saya cek, dan memang benar di volume maximal saya tidak menemukan adanya distorsi sama sekali.

Good Job untuk Avara Team yang dengan sukarela menerima komplain saya, dan mengganti unit saya dengan yang baru, sehingga saya bisa menyelesaikan review saya.

Kualitas Pembuatan & Isi Box

Untuk kelengkapan AV4 yang saya terima adalah IEM nya, kabel 2 pin dari Null Audio L Shape, eartips Spinfit, eartips Comply, tool pembersih, gantungan kunci , leather clip, dan sticker dengan logo Avara. Benar-benar lengkap

Untuk Build Quality bagus banget, Iem nya bening, bebas bubble yang biasanya muncul saat pembuatan resin di body IEM nya, hanya sayang 2 pin kabel nya tidak recessed di body Iem nya dan ada sleeving kabel berwarna putih yang terlihat di dalam IEM nya sehingga bagi saya mengurangi nilai dari segi estetika.

Saya juga sempat bertanya ke Alvon mengenai hal ini, jawaban nya adalah untuk recessed di body IEM nya masih diusahakan, ditakutkan adanya perbedaan bentuk kabel 2 pin sehingga ada kemungkinan tidak bisa di gunakan. Sedangkan untuk sambungan kabel putih di dalam IEM nya itu memang sudah diusahakan di ganti dengan warna transparan, akan tetapi hal ini menyebabkan perubahan suara sehingga akhirnya dikembalikan lagi seperti semula. Pilihan Estetika vs SQ

Untuk eartips saya lebih memilih menggunakan Spinfit dibandingkan dengan eartips comply bawaan nya. Karena Spinfit lebih mudah untuk dilepas dan dipasang kembali.

Konfigurasi IEM

Semua IEM Avara sampai saat ini menggunakan jenis driver BA (Balanced Armature) dimana serie AV1 s/d AV3 itu menggunakan driver yang sama, yang membedakan hanya jumlah driver nya AV1 itu 1 driver, s/d AV3 itu 3 driver.

Untuk AV4 itu menggunakan jenis driver BA yang berbeda. Tipenya saya masih kurang jelas, tetapi konfigurasi yang dipakai itu 4 BA driver, 2 Low, 1 Mid, 1 High pada masing-masing sisi. Agak berbeda dengan IEM 4 driver lainnya misalkan Fit Ear TG334 (1 Low, 2 Mid, 1 High).4 driver BA itu disalurkan dengan 2 bore atau lubang ke nozzle pada masing-masing IEM

Fitting

Untuk ukuran universal IEM fitting nya enak. Agak mirip dengan fitting nya Inear Stagediver, bagi yg blm pernah coba, bagi saya fitting dari Inear Stagediver series adalah yang paling enak dari semua iem universal yg pernah saya coba.

Tapi masalah fitting IEM adalah tergantung kecocokan masing-masing user, bagi yang memiliki lubang kuping agak besar mungkin lebih cocok dengan fitting Avara ini.

Suara

Bass terasa cukup walaupun kurang low extensi bawah nya. Sub bass juga kurang berasa impact nya, apalagi saat mendengarkan lagu-lagu mainstream yang saat ini yg banyak mengandalkan impact dari bass. Bodi bass juga kurang besar sehingga kurang cocok untuk lagu-lagu EDM.

Mid terasa sangat tebal, dan basah. Presentasi nya forward dan fokus di tengah. Bagian Ini adalah salah satu keunggulan dari iem ini. Untuk mid bass terasa bodi suara nya sehingga cocok untuk suara vokal baik pria maupun wanita. Bagi beberapa orang mungkin kurang cocok dengan presentasi vokal yang forward ini. Forward tetapi masih belum sampai sibilance.

High nya agak roll off, akan tetapi tetap bisa memberikan detail yg cukup untuk mendengarkan detail dari lagu2 mainstream. Jika utk lagu2 clsssic yg butuh detail high yg cukup bagus, maka iem ini bukan untuk anda. Karena hal ini separasi alat musik agak kurang, dan soundstage pun tdk sebesar iem lain di kelasnya.

Iem ini sangat cocok buat vokal lover, vokal nya yang halus, mengayun sangat cocok untuk lagu-lagu audiophile, jazz dan pop yang mengandalkan vokal. Tetapi hal ini juga bisa dibilang bahwa IEM ini sangat colored, artinya IEM ini tidak transparant, tidak netral, atau mungkin tidak senatural suara asli nya.

Lagu pertama yang saya coba untuk menguji IEM ini berjudul “Close To You” live from Mario Biondi. Suaranya benar-benar menghanyutkan seakan-akan penyanyi tersebut fokus suara nya di depan kita. Separasi antar instrumen dan nuansa ruangan nya masih terasa, sesuai dengan harga nya.

Lagu kedua yang saya coba berjudul “Feelings” from Jheena Lodwick. Emosi penyanyi terasa sekali jika menggunakan AV4, lantunan suara hadir tanpa adanya sibilance yang sering kali mengganggu di IEM 1 jutaan.

Untuk lagu-lagu lain nya seperti lagu mainstream misalnya Lady Gaga, ataupun Taylor Swift yang banyak di gemari, saya merasa AV4 bukan IEM yang cocok, bass nya kurang impact, dan penyampaian energy nya yang kurang sehingga bagi saya kurang berasa dan kurang bisa mengikuti irama lagu nya.

Komparasi

Saya melakukan komparasi IEM dengan harga mirip atau sama dengan harga yang ditawarkan AV4

Radius TWF41 (1 Dynamic Driver + 1 Piezzo Electric Driver) : mempunyai bodi bass yang lebih besar dari AV4 akan tetapi kontrol terhadap bass nya kurang, sehingga bagi saya lebih terasa boomy. Lebih dominan di mid bass sehingga dibandingkan AV4, lebih terasa Dark dan Warm. Untuk vokalnya tetap forward serupa dengan AV4 tetapi bagi saya agak sulit mendapatkan detail yang enak di suara wanita, suara mid high nya bagi saya terasa kurang. High nya memiliki extensi lebih dibandingkan AV4 sehingga Soundstage terasa lebih luas. Masalah utama IEM ini adalah fittingnya yang terkenal paling susah dapat seal nya.

Audio Technica ATH E70 (3 BA Driver) : mempunyai bass yang paling tipis bahkan impactnya bagi saya sangat kurang, dengan suara mid yang juga masih netral sehingga suara vokal lebih mundur dibandingkan dengan AV4, mid high nya seperti ada peak dan menjadi agak sibilance. Memiliki extensi High paling jauh sehingga memiliki Soundstage paling luas di rentang harga ini. Walaupun saya tetap merasa IEM ini sangat lemah dalam hal Bass.

Inear StageDiver2 / SD2 (2 BA Driver) : memiliki Bass yang mirip dengan AV4 impact nya masih kurang, tetapi IEM ini punya nuansa warm dan paling dark dari semua IEM di rentang harga ini, midnya masih netral, suara vokal tidak semaju AV4, kesan nya paling santai. Soal fitting tidak usah dibahas, ini masih IEM dengan fitting paling enak buat saya, seal bisa langsung didapat. Akan tetapi sektor high yang roll off membuat IEM ini kurang open dibandingkan AV4. Akan tetapi tetap SD2 memiliki Soundstage lebih luas dibandingkan AV4. Kelemahan utama IEM ini adalah terkadang suaranya terlalu dark sehingga membuat seakan-akan kita tidak bisa mendengar detail yang ada.

Fitear 111 (1 BA Driver) : memiliki bodi bass yang lebih kecil dari AV4 tetapi impact nya saya berasa lebih ada. Sedangkan mid nya netral dengan suara vokal lebih kering dan lebih tipis dibandingkan AV4, suara mid high nya sangat detail bahkan melebihi AV4, suara high juga sama lebih extend dari AV4 sehingga terasa lebih open dan lebih agile. Soundstage yang dihasilkan bagi saya lebih kecil dibandingkan AV4. Plus point bagi saya Fitear 111 ini memiliki bentuk plg kecil dengan kualitas buatan jepang yang sangat halus. Kekurangan bagi saya adalah suara vokal terdengar kering dan tipis.

Kesimpulan

Avara4 atau AV4 memang sebuah produk yang baik, dan bisa bersaing dengan IEM lain di rentang harga yang sama. Sampai saat ini masih ada promo untuk pembelian Avara akan mendapatkan kabel Null Audio, yang menurut saya adalah kabel yang bagus dari segi estetika dibandingkan kabel bawaan nya.

Saya sudah mencoba menggunakan AV4 dengan kabel lain, misalnya PW Audio 5 dan Record 2 Pin. Memang ada perubahan tonal suara, tetapi dari yang saya dengar hal ini tidak merubah aspek teknis menjadi lebih baik daripada kabel Null Audio bawaan nya.

Keunggulan utama AV4 sebenarnya ada di sisi suara mid dan vokal nya. Serta bisa dimiliki dengan harga yang sama dalam bentuk Custom IEM.

Kelemahan utama nya bagi saya adalah bodi Avara yang agak besar akan agak sulit digunakan bagi orang bertelinga kecil. Lalu suara bass yang kurang impact dan kurang berbodi akan tidak cocok digunakan untuk lagu-lagu EDM.

Bagi yang suka dengan suara nya TG334 atau MH334 tetapi merasa terlalu mahal untuk memiliki IEM tersebut, AV4 bisa menjadi alternatif yang cocok.

Harga Avara 4 saat tulisan ini ditulis adalah 6 juta rupiah